Pendahuluan
Pengembangan sekolah berbasis wisata edukasi merupakan integrasi antara pembelajaran formal dan pengalaman langsung di lingkungan yang edukatif, seperti yang diterapkan pada Sekolah Wisata Edupark di SMPN 61 Surabaya dan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya. Konsep ini bertujuan menciptakan suasana pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, dan relevan dengan kebutuhan pembelajaran abad ke-21, yang menuntut pembelajaran kontekstual dan pengalaman nyata [1].Tujuan pengembangan sekolah wisata edukasi adalah meningkatkan keterlibatan siswa, motivasi belajar, karakter, serta kesadaran lingkungan melalui pengalaman langsung yang relevan dengan kehidupan sehari-hari [2]. Manfaatnya tidak hanya bagi peserta didik dalam pengembangan soft skills dan kompetensi akademik tapi juga mempererat hubungan antara sekolah dan masyarakat sekaligus mendukung pembangunan ekonomi lokal. Dampak penting pengembangan sekolah ini adalah membantu menjawab tantangan pendidikan yang lebih kontekstual dan integratif serta mendorong adopsi manajemen strategis dalam pengelolaan fasilitas wisata edukasi di lingkungan sekolah [3]. Dengan demikian, sekolah wisata menjadi model inovatif yang mampu memperkuat karakter pelajar dan meningkatkan kualitas pendidikan secara berkelanjutan.
Permasalahan utama dalam pengembangan sekolah wisata edukasi di Indonesia, khususnya di Surabaya, adalah masih kurangnya pemahaman manajemen strategis di kalangan pengelola sekolah dan keterbatasan fasilitas untuk mendukung aktivitas wisata edukasi [4]. Integrasi konsep wisata edukasi ke dalam kurikulum juga masih menghadapi kendala penguatan kapasitas guru dan dukungan stakeholder, terutama orang tua dan masyarakat [5]. Fenomena yang terjadi adalah munculnya berbagai inisiatif pengembangan sekolah wisata seperti di SMPN 61 Surabaya dengan Edupark-nya dan SMP Taruna Jaya 1 Surabaya dengan sekolah wisata edukasi yang mengangkat praktik daur ulang dan urban farming sebagai bagian dari pembelajaran [6]. Namun partisipasi masyarakat dan kolaborasi dengan pemerintah masih perlu ditingkatkan agar keberlanjutan program lebih terjamin. Peran masyarakat terutama adalah sebagai pendukung utama dalam pengembangan aktivitas wisata edukasi melalui partisipasi dalam kegiatan sekolah, kontribusi sumber daya maupun pengawasan program sehingga sekolah dapat berjalan secara optimal bagi kesejahteraan sosial dan pendidikan.
Berbagai studi empiris mendukung pengembangan wisata edukasi di sekolah sebagai media efektif pembelajaran, misal studi Lourena Fitri May & Anis Wati Mamluah (2024) tentang pengelolaan sekolah berbasis lingkungan; penelitian Esa Amelia Widyastuti et al. (2025) tentang pembentukan karakter melalui sekolah alam di Jogja Green School; dan penelitian Falzon & Conrad (2023) yang menunjukkan hubungan positif taman edukasi dengan hasil akademik. Penelitian lain seperti Putri Restiani Mafinanik (2018) dan Muhamad Haidir (2022) menyoroti pentingnya manajemen strategis dan evaluasi berkelanjutan dalam pengembangan sekolah wisata dan kurikulum berbasis pengalaman. Kajian ini memperkaya literatur dengan data empiris dari konstelasi sekolah wisata di Indonesia, terutama Surabaya.
Permasalahan dilapangan menggambarkan bahwa (1) rendahnya pemahaman manajemen strategis di kalangan pengelola sekolah wisata, (2) keterbatasan fasilitas dan sumber daya, serta (3) belum optimalnya partisipasi stakeholder (guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah) dalam mendukung keberlanjutan program sekolah wisata Edupark dan Edukasi di SMPN 61 Surabaya dan SMP Taruna Jaya 1 Surabaya. Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis secara komprehensif penerapan manajemen strategis dalam pengembangan sekolah wisata di SMPN 61 Surabaya dan SMP Taruna Jaya 1 Surabaya guna mengatasi rendahnya pemahaman pengelola, keterbatasan fasilitas dan sumber daya, serta belum optimalnya keterlibatan stakeholder.
Teori manajemen strategis menjadi landasan utama studi ini dengan fokus pada proses perumusan, implementasi, evaluasi, serta modifikasi strategi pengembangan sekolah wisata [7]. Selain itu konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang menekankan otonomi dan partisipasi warga sekolah menjadi acuan dalam mendorong keterlibatan stakeholder. Meskipun teori manajemen strategis memposisikan sekolah sebagai organisasi yang harus adaptif dan responsif terhadap lingkungan eksternal dan internal, kenyataannya di lapangan terdapat gap signifikan terutama pada pemahaman dan pelaksanaan strategi oleh pengelola sekolah wisata edukasi [8]. Keterbatasan fasilitas, partisipasi stakeholder yang belum optimal, dan belum matangnya integrasi kurikulum dengan konsep wisata edukasi menjadi hambatan utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi manajemen strategis dalam pengembangan sekolah wisata edukasi di SMPN 61 Surabaya dan SMP Taruna Jaya 1 Surabaya. Novelty artikel ini terletak pada analisis komprehensif penerapan siklus manajemen strategis (perencanaan, implementasi, evaluasi, dan penyesuaian strategi) dalam pengembangan sekolah wisata edukasi di dua SMP di Surabaya dengan konteks lokal dan branding wisata yang berbeda, sehingga mengisi kekosongan kajian empiris manajemen strategis pada model sekolah wisata di tingkat pendidikan menengah pertama.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menggali dan memahami secara mendalam penerapan manajemen strategis dalam pengembangan Sekolah Wisata Edupark di SMPN 61 Surabaya dan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya [9]. Pendekatan ini dipilih karena relevan untuk menjelaskan fenomena sosial yang kompleks dalam konteks lokal secara detil dan kontekstual [10]. Rancangan penelitian berupa studi kasus difokuskan pada kedua sekolah tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang proses perencanaan, implementasi, evaluasi, serta modifikasi strategi manajemen yang dilakukan [11]. Penelitian dilaksanakan di dua sekolah tersebut dengan pengumpulan data pada triwulan pertama 2025, mengingat kedua sekolah memiliki branding dan program wisata edukasi yang representatif di Surabaya [12]. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, guru, komite sekolah, serta pengelola program wisata edukasi, observasi langsung di lingkungan sekolah, dan dokumentasi terkait [13]. Teknik pengumpulan data utama meliputi wawancara semi-terstruktur untuk menggali informasi dari narasumber utama, observasi partisipatif untuk memantau pelaksanaan aktivitas di lapangan, serta studi dokumentasi yang meliputi dokumen sekolah, rencana strategis, dan laporan evaluasi [14]. Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis tematik dan kualitatif, menggunakan tahapan pengkodean terbuka, axial, dan selektif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1994), sehingga memungkinkan peneliti mengidentifikasi pola, tema, dan kaitan antar data untuk interpretasi yang komprehensif. Untuk menjamin keabsahan data, penelitian menerapkan teknik triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan member checking melalui pemeriksaan ulang kepada narasumber sebagai bagian dari validasi data [15].
Hasil dan Pembahasan
A. Paparan Situs II (SMP Negeri 61 Surabaya)
SMP Negeri 61 Surabaya mendeklarasikan diri sebagai Sekolah Wisata Edupark, dimana sekolah ini memperkuat tema pelestarian lingkungan yang dituangkan dalam proses pembelajaran. Sebagai sekolah berpredikat Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur, SMP Negeri 61 Surabaya berdedikasi pada pelestarian alam yang saat ini sedang proses meraih predikat Adiwiyata Tingkat Nasional.
Figure 1. Branding Sekolah Wisata Edupark SMP Negeri 61 Surabaya
Konsep Sekolah Wisata Edupark yaitu penyediaan dan pemanfaatan lahan, serta integrasinya dalam pembelajaran. Sekolah menyediakan dan memanfaatkan lahan berupa kawasan hidroponik, kawasan tanaman obat keluarga, kawasan pembibitan, kawasan taman, rumah anggrek, dan jamur, kawasan peternakan unggas, kawasan perikanan, serta petak kebun sayur dan buah. Peserta dilibatkan mulai dari pembibitan hingga panen. Di samping itu, untuk memperkaya kegiatan pelestarian lingkungan, SMP Negeri 61 Surabaya juga melatih untuk pembuatan kompos, IPAL, biopori dan pemanfaatan barang bekas. Sekolah Wisata Edupark ini bertujuan untuk menghadirkan kegiatan belajar yang menyenangkan, hijau, dan berwawasan lingkungan. Penghijauan ini tidak hanya diaplikasi di luar kelas melainkan di dalam kelas dan sepanjang koridor kelas. Berbagai macam tanaman ditanam dan digantung di setiap sudut sekolah, seperti koridor, lobby, tempat parkir, kantin, dan ruang baca.
1. Strategi Pengembangan
Kepala Sekolah SMP 61 Surabaya, Aisijah Hartati, S.Pd, M.Pd, terkait penerapan manajemen strategis dalam pengembangan Sekolah Wisata Edupark. Latar belakang pengembangan wisata edupark ini adanya lahan sekolah yang luas untuk mendukung pengembangan wisata edupark. Dan visi misi sekolah menjadi acuan dalam mengembangkan sekolah wisata edupark Dalam merencanakan pengembangan Sekolah Wisata Edupark , SMP 61 Surabaya melakukan perencanaan yang komprehensif dan terintegrasi dengan visi pendidikan karakter dan lingkungan.
"Kami mengedepankan rencana yang matang dengan mengintegrasikan berbagai bidang studi dalam kegiatan wisata edukasi, sehingga tidak hanya sebagai pelengkap pelajaran, tapi memberikan pengalaman belajar yang aplikatif dan bermakna bagi siswa. Melalui perencanaan ini, kami membangun komitmen bersama seluruh stakeholder agar program dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Tiap elemen dirancang secara strategis agar mendukung keberhasilan program mulai dari alokasi sumber daya hingga pembagian tugas yang jelas. Pengembangan sekolah wisata eduparka ini sudah berdasarkan visi memang sudah berdasarkan visi. Artinya visi kita ini menghasilkan generasi yang cakap dalam imtak prestasi literasi dan berbudaya lingkungan. Di poin yang terakhir itu berbudaya lingkungan itu kita ciptakan satu ada ecoschool, kemudian maksudnya diterapkan, ditambah dengan wisata, edupark. Sehingga pelaksanaanya ada pemuatan divisinya ada terletak di poin yang paling terakhir dari berbudaya lingkungan. Rencana ini juga memperhitungkan kemungkinan hambatan serta solusi yang harus dipersiapkan sebelumnya" (Aisijah Hartati, S.Pd, M.Pd)
Perencanaan ini mengedepankan partisipasi aktif dari guru dan siswa, sehingga mereka merasa memiliki program dan termotivasi untuk berkontribusi maksimal. Melibatkan komunitas sekolah menjadi salah satu nilai strategis yang diperhatikan agar program tidak hanya berorientasi pada aspek akademis, tapi juga sosial budaya. Sistem perencanaan disusun sedemikian rupa untuk memastikan kegiatan tidak mengganggu proses pembelajaran formal di sekolah. Inovasi dan fleksibilitas selalu dimasukkan agar perencanaan bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan siswa. Pendekatan ini menjadikan perencanaan sebagai pondasi utama dalam pengembangan program wisata edukasi di SMP 61 Surabaya.
Strategi perencanaan pengembangan Sekolah Wisata Edukasi di SMP 61 Surabaya dilakukan dengan mengacu pada visi dan misi sekolah yang sesuai dengan prinsip sekolah wisata edukasi. Khoirur Riziqin menyatakan,
"Visi misi sekolah kita itu sudah sesuai yang ada digunakan untuk pengembangan sekolah wisata edupak. Karena misi sekolah kita juga ada di sekolah wisata... kalau dikaitkan sama pembelajaran itu sangat sesuai untuk kebutuhan sekolah kita. Contoh pembelajaran seperti peternakan, mulai dari telur hingga ayam dewasa, sampai bab pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Ada juga pembelajaran tentang jamur dan ikan-ikan yang kaya untuk ilmu pengetahuan" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Pada aspek lainnya, Khoirur Riziqin juga menegaskan pentingnya kesesuaian antara strategi perencanaan dengan pembelajaran yang dilakukan. Ia menyampaikan,
"Seiring dengan visi dan misi sekolah yang sudah terintegrasi dengan sekolah wisata edukasi, program wisata edukasi ini sangat menarik dan sesuai untuk kebutuhan pendidikan kita. Inilah kekuatan utama yang kita miliki, ditambah kondisi lahan yang masih ada sawah dan perkebunan di sekitar sekolah, sehingga cocok untuk pengembangan wisata edukasi" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Dra. Nelvi Erlinda Siregar, Humas SMP Negeri 61 Surabaya, mengenai penerapan manajemen strategis dalam pengembangan Sekolah Wisata Edupark. Strategi perencanaan pengembangan Sekolah Wisata Edupark SMP Negeri 61 Surabaya dirancang dengan menyesuaikan visi dan misi sekolah agar sejalan dengan program wisata edukasi sebagai media pembelajaran. Dra. Nelvi Erlinda Siregar menyampaikan,
"Visi misi sekolah kita itu sudah disesuaikan dengan pengembangan sekolah wisata edukasi. Karena dalam merumuskan visi dan misi, kita harus sesuaikan dengan kondisi sekolah kita sendiri, sehingga visi dan misi tersebut menjadi panduan jelas dalam implementasi program wisata edukasi. Program ini menjadi bagian integral dari proses pembelajaran yang menarik dan relevan untuk anak didik, serta mendukung pencapaian kompetensi mereka di luar konteks pembelajaran konvensional di kelas." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Lebih lanjut, beliau mengungkapkan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam perencanaan ini,
"Selain menyesuaikan program dengan kebutuhan sekolah, perencanaan ini juga melibatkan berbagai pihak, termasuk guru, siswa, dan masyarakat sekitar. Hal ini untuk memastikan semua pihak berperan aktif dan mendukung keberlangsungan program wisata edukasi yang tidak hanya memberikan manfaat pendidikan tapi juga mengembangkan potensi sumber daya lokal yang ada di sekitar sekolah." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Strategi perencanaan di SMP 61 Surabaya sangat mempertimbangkan visi misi sekolah yang menjadi landasan pengembangan program Sekolah Wisata Edukasi. Novitasari Malyono Putri menyatakan,
"Visi dan misi sekolah telah menjadi pedoman utama dalam merancang program pengembangan Sekolah Wisata Edukasi yang tidak hanya mengedepankan pembelajaran akademik tetapi juga pembelajaran yang berorientasi pada pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Program ini dibuat dengan cermat agar sesuai dengan kondisi sekolah dan menjadi hal positif yang mendorong kegiatan pembelajaran yang inovatif serta edukatif bagi siswa. Melalui perencanaan ini, kami berharap bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus membangun kesadaran lingkungan yang tinggi pada siswa." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Selain itu, beliau menambahkan bahwa perencanaan melibatkan kolaborasi berbagai pihak,
"Dalam menyusun strategi perencanaan, kami juga mengajak guru, siswa, dan pihak masyarakat untuk bersama-sama mengidentifikasi kebutuhan dan potensi yang ada, sehingga program ini dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. Keterlibatan semua elemen ini menjadikan perencanaan lebih matang dan aplikatif untuk mendukung pelaksanaan Wisata Edukasi di sekolah." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Strategi perencanaan di SMP 61 Surabaya terkait Sekolah Wisata Edukasi didasarkan pada visi dan misi sekolah yang mengintegrasikan konsep wisata edukasi sebagai bagian dari pengembangan pembelajaran. Pak Ainun menjelaskan bahwa
"Dari sisi perencanaan, kepala sekolah sudah memetakan pembagian lahan kapling-kapling yang jelas untuk tanaman dan hewan. Ini penting agar program wisata edukasi bisa berjalan dengan sistematis dan efektif. Misalnya kapling untuk tanaman tomat, sawi, tanaman toga, serta lahan khusus untuk ayam, kelinci, dan burung. Dengan pembagian lahan yang terstruktur ini, anak-anak bisa belajar langsung di lapangan dengan suasana yang kondusif." (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya)
Selain itu, Pak Ainun juga menuturkan,
"SMP 61 ini memiliki visi dan misi yang terkait sekolah wisata edukasi. Karena itu, kami sebagai wali murid merasa sangat mendukung program ini. Manfaat yang dirasakan adalah anak-anak jadi lebih senang belajar dengan langsung praktek di alam terbuka. Anak-anak juga bisa mengenal berbagai tanaman dan hewan yang ada di sekolah. Saya senang melihat kolam ikan yang terawat dengan baik dan ikan-ikan yang besar-besar, sehingga menjadi tempat belajar yang menyenangkan bagi anak-anak" (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya).
Selain itu, Regina menambahkan,
"Saya merasa strategi perencanaan ini sangat apik karena memberikan kami kesempatan belajar sambil langsung praktek di lapangan, seperti pembelajaran pembibitan tanaman dan pemeliharaan hewan. Kami juga belajar bagaimana cara merawat tanaman dan menjaga lingkungan agar tetap asri. Ini membuat suasana sekolah menjadi menyenangkan dan memberikan pengalaman belajar yang berbeda dari pelajaran di kelas biasa. Kami juga diajarkan pentingnya pelestarian lingkungan sejak dini yang sangat bermanfaat untuk masa depan." (Regina, peserta didik SMP 61 Surabaya)
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan visi – misi SMP Negeri 61 Surabaya pada gambar berikut.
Figure 2. Visi Misi SMP Negeri 61 Surabaya
2. Implementasi Pengembangan
Pada tahap implementasi, Kepala Sekolah memaparkan bagaimana pembagian tugas antar tim dan penerapan pembelajaran langsung di lapangan untuk mengaktifkan partisipasi siswa. Pelaksanaan program dan kebijakan strategis Sekolah Wisata Edupark dilaksanakan melalui revitalisasi lahan sekolah menjadi sarana edukatif yang mendukung pembelajaran berbasis lingkungan, diintegrasikan dengan program kokurikuler, pembiasaan karakter peduli lingkungan, dan materi pelajaran, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan memanfaatkan potensi sekolah secara optimal.
Pelaksanaan program wisata edukasi dilakukan secara sistematis dengan pengawasan intensif dari guru dan tim pengelola agar kegiatan sesuai dengan rencana dan tujuan pendidikan.
"Proses implementasi kami pastikan berjalan partisipatif dengan siswa dilibatkan langsung dalam pengelolaan kegiatan seperti budidaya tanaman, pemeliharaan ternak, dan produksi kompos. Guru pendamping berperan aktif memberikan bimbingan serta solusi atas berbagai kendala teknis maupun nonteknis yang dihadapi. Pendekatan ini bertujuan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian pada siswa sebagai bagian dari pembelajaran karakter. Kami juga mengatur jadwal pelaksanaan agar seimbang antara kegiatan edukasi dan jam belajar di kelas supaya tidak menimbulkan beban berlebih" (Aisijah Hartati, S.Pd, M.Pd)
Dalam implementasi, komunikasi dan koordinasi antar tim menjadi prioritas utama untuk menjaga kelancaran setiap kegiatan. Kolaborasi ini membantu mengoptimalkan sumber daya dan mendorong inovasi dalam penyelenggaraan program. Masukan dari siswa dan guru selalu didengarkan untuk memperbaiki pelaksanaan ke depan. Pelibatan aktif siswa dalam berbagai aktivitas memberikan dampak positif terhadap pengembangan soft skill dan pengetahuan kontekstual. Implementasi yang efektif menjadi langkah penting dalam memastikan tujuan pendidikan karakter dan lingkungan dapat diwujudkan di SMP 61 Surabaya.
Dalam tahap implementasi, sekolah mengeksekusi program dengan melibatkan banyak pihak dan membentuk kelompok kecil untuk menjaga kenyamanan dan keamanan peserta. Khoirur Riziqin melaporkan,
"Waktu mendampingi kunjungan program wisata edukasi, kita memperhatikan betul anak-anak agar tetap aman dalam kelompok kecil. Tim pengembang dibantu oleh anak-anak yang sudah terlatih. Kita juga melibatkan mitra seperti Dinas Lingkungan Hidup dan beberapa kecamatan sekitar agar kegiatan berjalan lancar dan berkelanjutan" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Selain itu, semangat dan antusiasme siswa sangat tinggi karena mereka dapat langsung berinteraksi dengan berbagai makhluk hidup dan tanaman yang menjadi bagian dari pembelajaran. Khoirur menjelaskan,
"Anak-anak sangat antusias saat memberi makan ikan, ayam, dan kelinci di area wisata edukasi. Mereka juga tertarik ikut mengolah tanaman dan hasil pertanian yang ada. Hal ini membuat pembelajaran menjadi hidup dan menyenangkan" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Pada tahap implementasi, SMP Taruna Jaya 1 Surabaya menjalankan program dengan pendekatan praktis dan partisipatif. Dra. Nelvi menjelaskan,
"Dalam pelaksanaan program wisata edukasi, kami melibatkan siswa secara langsung dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sekitar sekolah. Aktivitas ini berjalan dengan pengawasan ketat agar menjaga keamanan dan kenyamanan, serta melibatkan mitra eksternal untuk mendukung kelancaran program, seperti dinas terkait dan masyarakat. Keterlibatan ini membuat pembelajaran semakin nyata dan aplikatif, meningkatkan minat dan semangat belajar siswa dalam memahami materi secara langsung." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Beliau juga menambahkan,
"Pembelajaran melalui wisata edukasi ini memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan eksplorasi dan keterampilan praktis, yang sulit diperoleh hanya dengan pembelajaran teori di kelas. Kegiatan ini menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga anak-anak lebih termotivasi dan aktif dalam proses belajar." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Implementasi program di SMP 61 Surabaya dilakukan dengan penanganan yang detail dan partisipatif agar siswa dapat merasakan pengalaman belajar secara langsung. Novitasari memaparkan,
"Pelaksanaan program wisata edukasi dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam berbagai kegiatan yang memanfaatkan lingkungan dan aset sekolah seperti pengelolaan lahan, pemeliharaan tanaman, dan interaksi dengan makhluk hidup. Kami memberikan perhatian khusus pada keselamatan serta kenyamanan peserta agar kegiatan berjalan lancar. Selain itu, dukungan dari mitra eksternal seperti dinas terkait dan masyarakat lingkungan sekolah sangat membantu keberhasilan pelaksanaan program ini." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Beliau juga menyoroti efek positif terhadap siswa,
"Program ini mampu meningkatkan minat belajar siswa karena mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik secara langsung dalam suasana yang menyenangkan. Anak-anak jadi lebih aktif dan termotivasi karena pengalaman belajar yang kontekstual ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemandirian mereka." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Implementasi program di sekolah ini dijalankan dengan membagi kapling tanaman dan hewan yang ditanami dan dipelihara oleh siswa dengan bimbingan guru. Pak Ainun menyatakan,
"Dalam pelaksanaan, anak-anak langsung diberi kesempatan untuk menanam dan merawat tanaman serta memelihara hewan, seperti ayam dan kelinci. Anak-anak belajar bagaimana cara menanam yang benar dan bertanggung jawab atas tanaman yang mereka rawat. Kami sebagai orang tua juga terlibat dalam pemeliharaan dengan memberikan pakan hewan dan sumbangan seperti bibit tanaman. Saya merasa ini sangat positif karena anak-anak mendapatkan pelajaran yang nyata dan aplikatif di sekolah." (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya)
Pak Ainun juga menjelaskan manfaat lain dari implementasi program wisata edukasi,
"Sekolah wisata edukasi ini sangat baik untuk anak-anak yang biasanya hanya tahu pelajaran teori. Sekarang mereka bisa langsung praktek membuat minuman dari tanaman seperti kencur, mengetahui bahan-bahan dan cara pembuatannya. Program seperti ini membuat anak lebih aktif, kreatif dan memahami secara langsung manfaat tanaman serta hewan. Bahkan saya sering datang ke sekolah dan melihat bagaimana anak-anak memberi makan ikan di kolam yang ada, yang membuat mereka sangat senang belajar dan berinteraksi dengan alam." (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya).
Regina juga menjelaskan,
"Implementasi ini sangat terasa manfaatnya karena kami bukan hanya belajar teori saja, tapi langsung praktek. Kami pernah diajak ke Dinas Kehutanan untuk belajar memperbanyak tanaman dan menjaga kelestarian alam di situ. Kegiatan seperti ini membuat kami paham betul tentang pentingnya merawat lingkungan dan pelestarian sumber daya alam, tidak hanya di sekolah tapi juga di luar sekolah. Dengan adanya kegiatan rutin di Edupark, kami jadi lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan." (Regina, peserta didik SMP 61 Surabaya).
Figure 3. Kegiatan Program Edupark
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kegiatan edupark memberikan manfaat tidak hanya di lingkungan sekolah saja tetapi memberikan manfaat bagi lingkungan di luar sekolah. Berdasarkan data wawancara, observasi dan dokumentasi terkait program pengembangan wisata edupark menunjukan EduPark dikenal luas di luar sekolah sehingga meningkatkan citra SMP 61 Surabaya.
3. Evaluasi Pengembangan
Evaluasi menjadi aspek krusial untuk menjamin keberlanjutan program. Kepala Sekolah menyampaikan,
Evaluasi dilakukan secara berkala dan menyeluruh untuk mengukur efektivitas pelaksanaan program serta sebagai dasar pengambilan keputusan untuk perbaikan.
"Setiap bulan kami mengadakan evaluasi bersama guru dan siswa untuk menilai kepuasan, pencapaian target pembelajaran, serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program. Evaluasi ini tidak hanya menggunakan data objektif tapi juga umpan balik langsung dari partisipan sehingga hasilnya komprehensif dan akurat. Dengan proses evaluasi yang transparan, kami bisa menyesuaikan program sesuai kebutuhan dan mengupayakan peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Proses ini menumbuhkan budaya perbaikan terus-menerus dan tanggung jawab bersama dalam mengelola Sekolah Wisata Edukasi" (Aisijah Hartati, S.Pd, M.Pd)
Evaluasi juga dilengkapi dengan pengawasan rutin yang dilakukan oleh tim pengelola dan stakeholder sekolah guna memastikan standar mutu tetap terjaga dalam jangka panjang. Hasil evaluasi menjadi acuan dalam merancang program pelatihan dan pengembangan kapasitas yang diperlukan untuk guru dan siswa. Dengan evaluasi yang tepat, SMP 61 Surabaya mampu menjaga keberlanjutan dan relevansi program wisata edukasi. partisipasi aktif siswa dalam evaluasi juga memperkuat rasa memiliki dan meningkatkan efektivitas program. Pendekatan evaluasi yang komprehensif ini merupakan kunci keberhasilan pengembangan wisata edukasi yang menyenangkan dan mendidik.
Evaluasi program adalah bagian penting untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan Sekolah Wisata Edukasi. Menurut Khoirur Riziqin selaku Tim Pengembangan,
"Rapat-rapat rutin diadakan untuk monitoring dan evaluasi program sekolah wisata edupak. Kita membahas cara meningkatkan kebersihan lingkungan dan perawatan lahan agar tetap mendukung pembelajaran. Evaluasi ini juga meliputi bagaimana program ini tetap relevan dan memberikan manfaat untuk para siswa dan masyarakat sekitar" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Lebih lanjut, ia menekankan adanya tantangan, khususnya mengenai kepedulian semua pihak.
"Kelemahan yang perlu diperhatikan adalah kurangnya kepedulian dari beberapa pihak, termasuk anak-anak dan warga sekitar terhadap tanaman dan fasilitas yang ada. Kalau kita semua bisa peduli dan perhatian, maka pengembangan sekolah wisata ini akan berjalan maksimal. Tanpa kepedulian, pengembangan ini bisa kurang maksimal" (Khoirur Riziqin, S.Pd.).
Evaluasi program dilakukan secara berkala untuk memastikan program wisata edukasi berjalan efektif dan berkelanjutan. Dra. Nelvi menyatakan,
"Kami melakukan evaluasi melalui rapat-rapat rutin yang melibatkan tim pengembang dan semua pemangku kepentingan. Evaluasi ini mencakup aspek kebersihan, perawatan fasilitas, serta penyesuaian program berdasarkan umpan balik dan pengamatan langsung di lapangan. Tujuannya agar program tetap relevan dan memberi hasil optimal untuk siswa dan sekolah." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Selain itu, beliau menegaskan pentingnya sikap peduli semua pihak,
"Salah satu tantangan yang kami hadapi adalah kurangnya kepedulian dari beberapa pihak terhadap pemeliharaan fasilitas dan lingkungan sekolah. Evaluasi rutin membantu kami mengidentifikasi masalah ini dan merumuskan strategi penyesuaian agar semua elemen dapat berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan program wisata edukasi." (Dra. Nelvi Erlinda Siregar).
Evaluasi program dilakukan secara berkala untuk memastikan kualitas dan kelangsungan proyek Wisata Edukasi. Novitasari menjelaskan,
"Evaluasi secara rutin dilaksanakan dengan melibatkan tim pengembang serta seluruh stakeholder. Kami meninjau aspek teknis seperti kebersihan, perawatan fasilitas, serta efektivitas pembelajaran yang diberikan, sehingga setiap hambatan atau kekurangan bisa segera diatasi. Evaluasi ini penting agar program tetap dinamis dan mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan sekolah dan peserta didik." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Selain itu, ia mengungkapkan tantangan utama evaluasi,
"Salah satu kendala yang kami hadapi adalah keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran dalam menjaga fasilitas dan lingkungan. Namun, dengan dukungan penuh dari seluruh pihak, serta kerja sama yang baik, kami berusaha terus melakukan perbaikan dan penyesuaian agar pengelolaan sekolah wisata edukasi ini dapat berjalan optimal dan berkelanjutan." (Novitasari Malyono Putri, S.Pd.).
Evaluasi pelaksanaan program wisata edukasi di SMP 61 masih dirasakan perlu pengembangan. Pak Ainun mengungkapkan,
"Sampai saat ini kami belum melihat ada evaluasi formal yang rutin dilakukan terkait sekolah wisata edukasi. Padahal evaluasi penting untuk mengetahui kebutuhan seperti obat, makanan hewan, dan perawatan tanaman agar semuanya tetap terjaga dengan baik. Kami juga merasakan kelemahan utama adalah kurangnya tenaga untuk merawat tanaman dan hewan, sehingga sebaiknya dibuat jadwal piket dari guru atau pihak sekolah agar perawatan tetap terjaga, terutama saat musim kemarau." (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya)
Namun kekuatan program ini di antaranya adalah adanya dukungan yang kuat dari wali murid dan luasan lahan yang memungkinkan keberlangsungan kegiatan wisata edukasi. Pak Ainun menyatakan,
"Dukungan dari kami sebagai wali murid sangat positif, terutama dalam memberikan sumbangan tanaman dan hewan. Selain itu, lahan sekolah yang sangat luas memberikan ruang yang cukup bagi anak-anak untuk belajar. Dengan adanya kepedulian dari semua pihak, saya yakin sekolah wisata edukasi ini bisa berjalan lebih baik dan memberikan manfaat yang besar untuk siswa dan lingkungan sekolah." (Pak Ainun, Wali Murid SMP 61 Surabaya)
Evaluasi dilakukan secara informal melalui pengamatan guru dan laporan siswa. Regina menyebutkan,
"Evaluasi kegiatan biasanya dilakukan lewat pengamatan langsung oleh guru pembimbing dan kegiatan mingguan yang kami jalani. Kalau ada tanaman yang kurang sehat atau hewan yang butuh perhatian, langsung ada perbaikan dan pengaturan agar semuanya tetap terjaga kesehatannya. Kami juga terkadang diminta memberikan laporan tentang apa yang sudah kami lakukan di Edupak. Walaupun belum sistematis secara formal, evaluasi ini sangat membantu kami agar wisata edukasi tetap berjalan baik." (Regina, peserta didik SMP 61 Surabaya.
Dia juga menyampaikan,
"Kendala utama yang kami rasakan adalah terkadang ada kekurangan tenaga di lapangan untuk merawat semua tanaman dan hewan. Tapi kami yakin dengan adanya kerja sama antara guru, siswa, dan orang tua, kendala ini bisa diatasi. Evaluasi juga harus terus dikembangkan supaya program ini bisa lebih bertahan lama dan berkembang. Kami merasa sedikit kewalahan jika ada musim kemarau panjang karena perawatan jadi lebih sulit. Namun, dengan evaluasi dan perbaikan rutin, kami optimis wisata edukasi di sekolah akan terus berlanjut dan memberi manfaat." (Regina, peserta didik SMP 61 Surabaya)
Sementara itu, pengelolaan Sekolah Wisata Edupark dan Edukasi di SMP 61 Surabaya juga menerapkan manajemen strategis secara menyeluruh, dengan strategi perencanaan komprehensif yang mengintegrasikan tujuan pendidikan karakter dan lingkungan, implementasi partisipatif dengan pengawasan guru yang ketat, serta evaluasi berkala yang transparan. Kepala Sekolah Aisijah Hartati, S.Pd., M.Pd dan staf kesiswaan menyebutkan bahwa program ini mengedepankan kolaborasi lintas pihak dan metode pembelajaran hidup agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dengan lingkungan edukatif.
Wali murid seperti Pak Ainun mengungkapkan bahwa walaupun ada tantangan terkait tenaga perawatan dan evaluasi formal, dukungan dari wali murid dan luasan lahan sekolah menjadi kekuatan utama yang menjaga keberlangsungan program. Peserta didik Regina menegaskan bahwa partisipasi aktif siswa dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi membantu program berjalan efektif dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan serta memperkuat kesadaran lingkungan.
Keseluruhan wawancara menggarisbawahi bahwa manajemen strategis dengan perencanaan adaptif, implementasi yang melibatkan banyak pihak secara aktif, serta evaluasi berkelanjutan menjadi kunci utama keberhasilan dan kesinambungan Sekolah Wisata Edupark dan Wisata Edukasi di kedua sekolah tersebut. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran kontekstual, tetapi juga menumbuhkan karakter peduli lingkungan di kalangan generasi muda Surabaya, menciptakan program wisata edukasi yang berdampak positif dan berkelanjutan secara sosial dan pendidikan.
B. Paparan Situs II ( SMP Taruna Jaya 1 Surabaya )
SMP Taruna Jaya I Surabaya bermaksud menyajikan lingkungan belajar yang hidup dan mampu menghidupi iklim akademik yang inovatif. Dalam hal ini, siswa tidak hanya diberi kesempatan untuk belajar dari guru bidang studinya, namun juga berpeluang untuk menimba pengetahuan secara langsung dari para "guru" kehidupan yang ada pada setiap KTS Mata Ajar. Pada beberapa pelajaran yang diikuti, siswa sengaja diperkenalkan dengan dunia nyata, dan didorong untuk mampu memadukan dan menyerap pengetahuan yang ada.
Figure 4. Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya
SMP Taruna Jaya I Surabaya akan berusaha untuk menyediakan lingkungan belajar yang berperan sebagai tempat terbaik dan ideal bagi para siswa untuk memperoleh segala varian ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, SMP Taruna Jaya I Surabaya bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang terbaik bagi para siswa, guna mencari dan menyediakan tempat pembelajaran dan penyadaran, sehingga di kemudian hari dapat turut bertanggung jawab dan berkontribusi dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
1. Strategi Pengembangan
Strategi pengembangan pada tahap perencanaan, Kepala Sekolah menyampaikan bahwa pengembangan wisata edukasi dirancang dengan membentuk tim-tim khusus yang fokus pada bidang-bidang tertentu seperti jamur, perikanan, dan ternak untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang aplikatif bagi siswa.
"Kami menerapkan manajemen strategis dengan membentuk tim-tim khusus seperti tim jamur, tim perikanan, dan tim ternak yang bertugas mengelola dan membina siswa dalam menjalankan program pembelajaran berbasis wisata edukasi. Setiap tim ini berperan aktif dalam memberikan pengalaman langsung kepada siswa agar mereka mampu mengaplikasikan teori yang dipelajari di kelas secara praktis di lapangan. Kami juga terus melakukan evaluasi dan monitoring berkala untuk mengetahui perkembangan serta kendala yang muncul selama pelaksanaan program wisata edukasi ini. Meskipun sudah berjalan cukup baik, tantangan utama yang kami hadapi adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran penuh dan partisipasi aktif siswa dalam menjaga dan merawat fasilitas yang ada sehingga program ini dapat berkelanjutan. Oleh karena itu, kami terus melakukan sosialisasi dan pembinaan intensif agar semua pihak sekolah dapat mendukung pelaksanaan Wisata Edukasi secara maksimal." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Selanjutnya, Kepala Sekolah menegaskan komitmen visi misi sekolah yang mendukung pendidikan karakter dan kepedulian lingkungan dalam perencanaan kegiatan ini.
"Dalam menjalankan visi pengembangan sekolah yang berpihak pada pendidikan karakter dan lingkungan, kami berupaya agar kegiatan Wisata Edupark tidak hanya menjadi wahana pembelajaran, tetapi juga sarana membentuk sikap peduli dan disiplin siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Kami percaya bahwa keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas seperti pengelolaan jamur dan perikanan dapat membangun rasa tanggung jawab yang kuat dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan sejak dini. Untuk itu, kami juga merancang sistem pengelolaan yang partisipatif dengan melibatkan guru dan tenaga pendukung yang kompeten untuk mendampingi dan mengawasi jalannya pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa kesadaran siswa dalam pemeliharaan fasilitas kadang masih kurang, sehingga kami menetapkan program pendampingan yang berkelanjutan sebagai solusi atas kendala tersebut. Kami berharap dengan pola ini, generasi muda akan semakin siap menjadi pribadi yang mandiri dan peduli lingkungan." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Strategi perencanaan yang dilakukan oleh SMP Taruna Jaya 1 Surabaya dalam mengembangkan Sekolah Wisata Edukasi sangat terstruktur dan melibatkan identifikasi kebutuhan pembelajaran berbasis praktik langsung. Bu Tatik menjelaskan,
"Sekolah kami menyusun perencanaan dengan melibatkan semua bidang studi, terutama IPA dan Prakarya, agar pembelajaran praktis seperti budidaya jamur dan perikanan menjadi bagian yang integral dari kurikulum. Kami merancang program belajar yang memberikan siswa pengalaman langsung serta mendorong kreativitas dan kemandirian dalam mengelola sumber daya yang ada di sekitar sekolah. Perencanaan jangka panjang kami juga mempertimbangkan keterlibatan komunitas dan stakeholder agar program lebih berkelanjutan dan mendapat dukungan luas. Kami berkomitmen untuk mendokumentasikan setiap tahap dan membuat evaluasi rutin untuk memastikan program berjalan dalam jalur yang tepat serta memenuhi kebutuhan belajar siswa. Strategi ini kami harapkan mampu mengintegrasikan edukasi lingkungan dan karakter dalam setiap aktivitas di Wisata Edukasi" (Bu Tatik Widowati).
Pernyataan bu Tatik ini diperkuat hasil observasi di TEFA SMP Taruna Jaya 1 yang menjual produk hasil dari kebun sekolah berupa sirup rosela, cabe hasil panen kebun.
Figure 5. Tefa SMP Taruna Jaya 1
Selain itu, Bu Tatik menambahkan,
"Perencanaan program disesuaikan dengan sumber daya yang ada dan diupayakan fleksibel untuk menghadapi perubahan, sebab kami sadar tantangan terberat adalah memastikan partisipasi aktif dari siswa dan guru. Melalui pendekatan kolaboratif, kami berusaha mengintegrasikan ide dan masukan dari guru, siswa, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan kontekstual."
Strategi perencanaan pengembangan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya dilakukan melalui pemetaan potensi sumber daya internal dan eksternal sekolah, diikuti dengan pembentukan tim kerja yang fokus pada bidang-bidang tertentu seperti pengelolaan jamur, perikanan, serta kebun. Menurut Syamsiar Risalati,S.Pd
"Kami merancang strategi perencanaan dengan memanfaatkan kekuatan yang kami miliki di dalam sekolah, seperti guru-guru yang kompeten dan keterlibatan siswa aktif, serta kami menggandeng mitra dari luar agar semakin memperkaya program yang kami jalankan. Setiap kegiatan dikaji secara mendalam agar sesuai dengan tujuan edukasi dan karakter anak, sekaligus mempertimbangkan kelayakan sarana dan prasarana yang ada. Kami juga selalu melakukan koordinasi dengan seluruh stakeholder, termasuk orang tua siswa dan masyarakat sekitar, supaya program ini bisa berjalan terpadu dan berkelanjutan. Hal ini menjadi pondasi penting agar Sekolah Wisata Edukasi mampu memberikan manfaat maksimal bagi perkembangan siswa dan sekolah." (Syamsiar Risalati)
Penjelasan mengenai pemetaan potensi sumber daya internal dan eksternal sekolah, diikuti dengan pembentukan tim kerja yang fokus pada bidang-bidang tertentu seperti pengelolaan jamur, perikanan, serta kebun dibuktikan dengan adanya dokumen sk pembentukan tim wisata edukasi pada gambar sebagai berikut :
Figure 6. SK Pembentukan Kader Tim Pokja
Wawancara lain dari beliau menambahkan,
"Perencanaan kami berorientasi pada pencapaian visi sekolah yang mendukung pendidikan berbasis lingkungan, sehingga setiap langkah yang diambil selalu mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Kami juga menetapkan target jangka pendek dan jangka panjang dalam dokumen perencanaan yang kami gunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Perencanaan ini dirumuskan dengan melibatkan berbagai pihak, dari guru, tenaga administrasi, hingga pengurus OSIS agar tercipta sinergi yang baik. Dengan rincian strategi yang matang, kami berharap program ini tidak hanya berjalan tapi juga mampu berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Penjadwalan kegiatan juga diperhatikan agar semua tahapan implementasi dapat terpenuhi secara efektif." (Syamsiar Risalati)
Tim kesiswaan aktif merancang strategi perencanaan yang menyelaraskan tujuan sekolah dengan program wisata edukasi. Prima Yoga Ananta menyampaikan,
"Dalam merancang program ini, kami mengutamakan keterpaduan antara visi sekolah dengan kebutuhan pembelajaran di lapangan, sehingga setiap kegiatan dirancang agar siswa mendapat pengalaman langsung yang mendidik dan menyenangkan. Kami juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari guru hingga siswa sebagai penggerak utama supaya perencanaan menjadi komprehensif dan realistis dalam pelaksanaannya. Tak kalah penting, kami menetapkan tolok ukur keberhasilan dengan jelas agar dapat melakukan evaluasi secara hasil dan proses. Hal ini kami harapkan menjadi pondasi yang kuat dalam memastikan program dapat berjalan dengan lancar dan berkelanjutan." (Prima Yoga Ananta, S.Pd)
Kutipan kedua dari beliau menambahkan,
"Perencanaan kami selalu mempertimbangkan sumber daya yang ada dan kemampuan siswa supaya program bisa dijalankan secara efektif. Kami juga menyusun jadwal kegiatan yang fleksibel agar antara pembelajaran formal dan wisata edukasi tidak saling bertolak belakang. Kesiapan sarana dan prasarana pun menjadi prioritas yang kami pantau sebelum aktivitas dimulai agar tidak terjadi hambatan teknis. Selain itu, koordinasi dengan wali kelas dan guru terkait sangat vital dalam memastikan program terintegrasi dengan pembelajaran harian siswa. Dengan pendekatan ini, kami berusaha membangun fondasi program yang kuat dan dinamis untuk semua pihak yang terlibat." (Prima Yoga Ananta, S.Pd)
Strategi perencanaan pelaksanaan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya didasarkan pada integrasi program wisata edukasi ke dalam kurikulum sekolah dan upaya membangun kesadaran serta keterlibatan siswa sejak dini. Hal ini penting agar program dapat berjalan dengan dukungan penuh dari seluruh warga sekolah.
"Kami berharap pada tahap perencanaan agar anak-anak sudah diberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga alam dan belajar secara langsung melalui wisata edukasi ini. Dengan begitu, mereka akan merasa memiliki tanggung jawab besar terhadap fasilitas dan program yang ada. Pihak sekolah juga secara rutin melakukan koordinasi dengan orang tua guna memastikan anak-anak mendapat dukungan di rumah. Program ini tidak hanya soal bermain atau kunjungan, melainkan bagian dari pendidikan kedisiplinan dan karakter. Oleh karena itu, kami melibatkan semua pihak untuk bersama-sama merencanakan kegiatan yang bermanfaat dan berkelanjutan," ujar Bu Ratna, wali murid SMP Taruna Jaya 1 Surabaya.
Berikut juga terdapat wali murid yang menambahkan terkait perencaan yang ada,
"Dalam perencanaan kami menyadari pentingnya komunikasi yang intensif antara sekolah dan keluarga agar anak-anak bisa termotivasi dan terbiasa dengan pola pengelolaan fasilitas edukasi dengan baik. Dukungan orang tua sangat berperan agar kebaikan dari kegiatan ini terus berlanjut dan memberikan hasil positif. Kami juga terbuka menerima masukan agar strategi perencanaan dapat diperbaiki dan disesuaikan sesuai kebutuhan anak. Melalui kerja sama ini, diharapkan sekolah mampu mencetak generasi yang peduli lingkungan dan bertanggung jawab. Perencanaan yang matang akan berdampak pada pelaksanaan dan evaluasi program ke depan," tambah Bu Dian, wali murid.
Strategi perencanaan pengembangan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya melibatkan penyusunan rencana yang matang dengan fokus pada pemberdayaan tim pengelola dan pemanfaatan sumber daya lokal. Sebagaimana disampaikan oleh Sabtya, salah satu peserta didik aktif di program Wisata Edukasi:
"Dalam perencanaan, pihak sekolah selalu melibatkan kami siswa untuk memahami apa yang akan dilakukan dan bagaimana peran kami dalam kegiatan seperti pengelolaan jamur dan perikanan, jadi kami merasa ikut bertanggung jawab dan siap melaksanakan tugas dengan baik. Sistemnya dibuat jelas agar tidak ada yang kebingungan, mulai dari persiapan lahan sampai perawatan dan pemanenan, sehingga hasilnya optimal dan pembelajaran terasa nyata. Selain itu, sekolah juga selalu memotivasi kami lewat bimbingan dan pengarahan, supaya kami paham bahwa program ini bukan sekadar kegiatan tambahan, tapi bagian penting dari pendidikan kami. Dengan demikian, perencanaan yang melibatkan komunikasi terbuka dan kejelasan tugas ini sangat membantu kami untuk berkontribusi secara maksimal dan mengurangi kesalahan dalam pelaksanaan. Proses perencanaan ini terus diperbaiki berdasarkan pengalaman dan masukan dari seluruh pihak agar program bisa lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan." (Sabtya, siswa aktif SMP Taruna Jaya 1 Surabaya)
Sementara itu, Raya, peserta didik lainnya, menyoroti pentingnya manajemen waktu dan kesiapan sumber daya dalam tahap perencanaan:
"Strategi perencanaan di sekolah ini memperhatikan jadwal kegiatan agar tidak bertabrakan dengan pelajaran utama, sehingga kami tetap fokus belajar dan aktif dalam wisata edukasi. Waktu yang dialokasikan sudah disesuaikan dengan kapasitas siswa dan kondisi fasilitas, ini membuat pelaksanaan jadi lebih teratur dan efektif. Pihak sekolah juga sudah menyiapkan peralatan dan material pendukung sejak awal agar tidak terjadi keterlambatan dalam eksekusi kegiatan. Dengan melibatkan siswa dalam rapat persiapan, kami dapat menyampaikan masukan terutama tentang kendala yang kami alami, sehingga perencanaan menjadi lebih realistis dan aplikatif. Hal ini membantu kami merasa menjadi bagian dari pengelolaan sehingga meningkatkan semangat dan kedisiplinan dalam menjalankan program." (Raya, peserta didik SMP Taruna Jaya 1 Surabaya)
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan visi – misi SMP Taruna Jaya 1 Surabaya pada gambar berikut.
Figure 7. Visi – misi SMP Taruna Jaya 1 Surabaya
2. Implementasi Pengembangan
Pada tahap implementasi, Kepala Sekolah memaparkan bagaimana pembagian tugas antar tim dan penerapan pembelajaran langsung di lapangan untuk mengaktifkan partisipasi siswa.
"SMP Taruna Jaya 1 Surabaya memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan program wisata edukasi ini sebagai bagian integral dari kurikulum yang bertujuan memberikan pendidikan holistik dan kontekstual kepada siswa. Kami membagi beban tanggung jawab secara jelas antar tim dan memastikan setiap kegiatan memiliki target yang terukur serta evaluasi rutin agar dapat segera menyesuaikan bila ditemukan hambatan di lapangan. Kami terus melakukan pengembangan metode pembelajaran sesuai kebutuhan dan aspirasi anak didik agar pengalaman belajar di Wisata Edupark menarik dan bermakna. Walaupun beberapa program kami nilai sudah berjalan mencapai 70%, kami tetap melihat perlunya perbaikan secara konsisten agar efektivitas dan keberlanjutan program dapat meningkat. Sinergi antara kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua menjadi kunci keberhasilan yang kami prioritaskan dalam setiap langkah pengembangan wisata edukasi ini." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Selanjutnya, Kepala Sekolah menginformasikan tentang pelibatan seluruh elemen sekolah dalam pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas wisata edukasi.
"Pengelolaan di lapangan selalu kami pastikan melibatkan siswa secara langsung agar mereka mendapatkan pengalaman nyata sekaligus meningkatkan rasa memiliki terhadap fasilitas ini. Kami memberikan pembinaan kepada para guru untuk mendampingi proses pembelajaran sambil mengawasi dan mengevaluasi kondisi sarana yang digunakan. Dalam praktiknya, kami menghadapi tantangan terutama pada kesadaran siswa untuk menjaga fasilitas sehingga kami memprogram kegiatan rutin sosialisasi dan pembinaan internal. Hal ini kami lakukan agar implementasi program tidak hanya berjalan semu, tapi benar-benar menghasilkan efek pembelajaran yang berkelanjutan dan bermanfaat." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Dalam tahap implementasi, SMP Taruna Jaya 1 Surabaya menjalankan program wisata edukasi melalui pengelolaan langsung berbagai kegiatan praktik di lapangan, seperti budidaya jamur, kolam perikanan, dan pemeliharaan kebun sekolah. Bu Tatik menguraikan,
"Implementasi program kami lakukan secara bertahap dan sistematis, dimulai dari pembentukan tim pengelola dan pelatihan intensif bagi guru agar mampu mendampingi siswa dalam proses pembelajaran. Kami memberikan ruang bagi siswa untuk belajar langsung mengelola sumber daya serta berinovasi dalam kegiatan prakarya sehingga dapat meningkatkan keterampilan mereka secara nyata. Selain itu, kami selalu menyesuaikan langkah implementasi dengan hasil monitoring untuk menjawab kendala yang muncul agar program tetap berjalan efektif. Kami juga mengutamakan komunikasi terbuka antara manajemen sekolah dengan guru dan siswa guna mengoptimalkan proses pembelajaran di Wisata Edukasi" (Bu Tatik Widowati).
Selanjutnya, Bu Tatik menegaskan,
"Kami memperhatikan pentingnya penyediaan sarana dan prasarana yang memadai agar setiap aktivitas bisa terlaksana sesuai target, serta memastikan adanya koordinasi yang konsisten antara tim pengembang dan seluruh warga sekolah."
Dalam hal implementasi, SMP Taruna Jaya 1 Surabaya juga mengedepankan pelibatan siswa secara langsung melalui pembentukan tim praktis dan pengelolaan proyek edukasi berbasis kegiatan di lapangan. Bu Syamsiar Risalati menyatakan,
"Pada tahap implementasi, kami melibatkan seluruh elemen sekolah dengan pembagian tugas yang jelas, mulai dari guru sebagai pembimbing hingga siswa sebagai pelaksana, sehingga pembelajaran menjadi pengalaman nyata. Seluruh kegiatan seperti budidaya jamur, pengelolaan perikanan, dan pemeliharaan kebun berjalan dengan pengawasan ketat untuk menjamin kualitas dan keselamatan siswa. Komunikasi dan koordinasi antar-tim yang baik sangat kami jaga agar setiap program berjalan sesuai rencana dan mampu memberikan hasil yang optimal. Kami juga rutin mengadakan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru agar siap menghadapi tantangan dalam pengelolaan. Keterlibatan masyarakat juga didorong agar terjalin hubungan baik dan dukungan terus mengalir ke sekolah." (Syamsiar Risalati)
Sisi lain implementasi disampaikan,
"Kami menghadapi berbagai adaptasi dalam pelaksanaan program karena faktor dinamis, tetapi dengan sistem monitoring yang terstruktur kami mampu menyesuaikan langkah demi langkah. Pendekatan pembelajaran kami berorientasi pada praktik langsung yang membangun kompetensi siswa dan meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan. Sekolah juga mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan media komunikasi untuk mendukung promosi program serta interaksi dengan pemangku kepentingan. Kami memastikan bahwa setiap rencana yang sudah disusun di tahap perencanaan dapat terealisasi dengan baik dan siswa mendapat manfaat yang optimal dari program ini. Tantangan yang ada menjadi bahan evaluasi sekaligus pembelajaran untuk perbaikan berkelanjutan." (Syamsiar Risalati)
Pada tahap implementasi, tim kesiswaan menegaskan pentingnya pelaksanaan yang terstruktur dan partisipatif.
"Implementasi program Wisata Edukasi kami beri perhatian khusus pada keterlibatan siswa secara aktif dan berkelanjutan sehingga mereka tidak hanya menjadi objek tetapi juga subjek pembelajaran. Kami mengadakan pelatihan dan pendampingan intensif untuk membekali siswa agar mampu menjalankan kegiatan dengan mandiri dan bertanggung jawab. Selain mengupayakan keterlibatan siswa, kami juga menjalin komunikasi yang erat dengan guru dan staf pendukung untuk menjaga kualitas pelaksanaan setiap kegiatan. Kegiatan lapangan kami monitoring agar sesuai dengan standar yang telah dirancang dan memberi ruang untuk evaluasi cepat jika terjadi kendala," jelas Prima Yoga Ananta.
Dalam penjelasan tambahan,
"Pelaksanaan juga melibatkan pengembangan soft skill siswa terutama dalam kerja sama tim, komunikasi, dan problem solving yang terus dipupuk selama kegiatan. Kami berusaha agar setiap fase implementasi memberi ruang bagi siswa untuk berkontribusi ide dan menemukan solusi sehingga mereka lebih merasa memiliki program ini. Selain itu, penerapan protokol kesehatan dan keamanan juga kami prioritaskan untuk menjaga kenyamanan selama kegiatan berlangsung. Dengan segala upaya ini, kami berharap pelaksanaan Wisata Edukasi mampu memberikan pengalaman belajar yang bermakna sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab dan rasa cinta lingkungan." (Prima Yoga Ananta, S.Pd)
Pada tahap implementasi, kegiatan Wisata Edukasi melibatkan pengelolaan langsung oleh siswa dengan bimbingan guru dan pengelola, menitikberatkan pada praktik pembelajaran berbasis aktivitas lapangan.
"Saat pelaksanaan, anak-anak terlihat sangat antusias mengikuti setiap aktivitas, baik dalam pengelolaan taman, kebun, maupun unit ternak yang ada. Kami berusaha menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan sekaligus menanamkan nilai disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Guru dan staf berperan aktif dalam membimbing agar setiap proses berjalan lancar dan mengoptimalkan hasil pembelajaran. Kami juga terus mendorong keterlibatan seluruh siswa agar pengelolaan ini tidak menjadi beban satu atau dua pihak, melainkan menjadi kegiatan bersama yang memberi manfaat. Dalam pelaksanaan ini, kami menyesuaikan dengan kapasitas anak dan kondisi lapangan agar tidak terjadi penurunan semangat," kata Bu Ratna.
"Implementasi program juga mendapat respon positif dari siswa yang merasa pembelajaran menjadi lebih hidup dan tidak monoton. Melalui wisata edukasi ini, mereka belajar langsung dari alam dan lingkungan sekolah tanpa sekadar teori. Kendala memang ada, terutama dalam menjaga konsistensi perawatan fasilitas, namun terus kami atasi dengan pendekatan persuasif dan edukasi berkelanjutan. Sekolah berusaha menyediakan sarana prasarana yang memadai agar kegiatan berjalan sesuai rencana. Keterlibatan orang tua juga menjadi inspirasi agar anak-anak lebih bertanggung jawab," tambah Bu Dian.
Implementasi program Sekolah Wisata Edukasi menuntut pelaksanaan yang sinkron antara rencana dan partisipasi seluruh warga sekolah. Sabtya berbagi pengalamannya mengenai tata laksana kegiatan :
"Pelaksanaan kegiatan Wisata Edukasi berjalan dengan sistem yang sudah kami pelajari di perencanaan, misalnya kami rutin mengelola kebun dan kolam ikan dengan tugas yang terjadwal. Setiap kegiatan selalu diawasi oleh guru pendamping yang memberikan arahan dan memastikan kami bertanggung jawab atas masing-masing bagian. Selain tugas rutin, kami juga diajarkan untuk berinovasi dalam pengelolaan seperti membuat kompos dari sampah organik agar lebih bermanfaat dan ramah lingkungan. Implementasi ini mengajarkan kami keterampilan teknis sekaligus nilai kedisiplinan dan kerja sama antar siswa. Kadang muncul kendala teknis, tetapi melalui diskusi bersama guru dan teman, kami dapat mencari solusi dan melanjutkan tugas tanpa hambatan berarti." (Sabtya, siswa aktif)
Raya menambahkan pentingnya komunikasi dan koordinasi dalam tahap implementasi :
"Kegiatan implementasi sangat bergantung pada koordinasi antar tim, kami berkomunikasi secara intens agar pekerjaan berjalan lancar, misalnya bila ada kekurangan bahan atau masalah di lapangan. Guru dan pengelola selalu tanggap dan memberi arahan tambahan jika ada yang belum tepat, membuat kami belajar lebih cepat dan efektif. Selain itu, kami melakukan kerja bakti bersama saat persiapan besar seperti pembuatan media tanam atau perbaikan fasilitas, menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat. Penerapan langkah-langkah ini membantu kami merasakan langsung ilmu yang diajarkan dan memupuk rasa memiliki terhadap lokasi wisata edukasi. Melalui implementasi yang baik, program bisa berjalan dengan hasil yang memuaskan dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa." (Raya, peserta didik)
Figure 8. Kunjungan MI Mambaul Ulum ke SMP Taruna Jaya 1
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kegiatan wisata edukasi memberikan manfaat tidak hanya di lingkungan sekolah saja tetapi memberikan manfaat bagi lingkungan di luar sekolah. Berdasarkan data wawancara, observasi dan dokumentasi terkait program pengembangan wisata edupark menunjukan Eddukasi dikenal luas di luar sekolah sehingga meningkatkan citra SMP Taruna jaya 1 Surabaya.
3. Evaluasi Pengembangan
Evaluasi menjadi aspek krusial untuk menjamin keberlanjutan program. Kepala Sekolah menyampaikan,
"Evaluasi kami lakukan secara terstruktur dan berkala dengan mengadakan rapat koordinasi antar tim pengelola dan guru pembimbing untuk membahas kemajuan serta hambatan program. Kami juga melakukan monitoring langsung di lapangan untuk memastikan bahwa program berjalan sesuai rencana dan menemukan solusi bila ada kendala. Meskipun hasil evaluasi menunjukkan keberhasilan sekitar 70%, kami terus berupaya meningkatkan aspek-aspek yang masih kurang, khususnya dalam hal partisipasi siswa dan pelestarian fasilitas. Strategi evaluasi ini kami jadikan dasar pengambilan keputusan untuk menyesuaikan dan memperbaiki implementasi program sehingga dapat lebih maksimal dan berkelanjutan." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Selain itu, Kepala Sekolah menggarisbawahi pentingnya keterlibatan seluruh pihak sebagai kunci evaluasi yang efektif.
"Kami menyadari bahwa keberhasilan evaluasi sangat bergantung pada kerja sama antara kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua sehingga kami membangun komunikasi yang intensif dan terbuka. Dengan begitu, setiap masukan dan temuan lapangan bisa menjadi bahan pembelajaran bersama dan mendorong perbaikan berkelanjutan. Kami optimis dengan pola evaluasi yang sistematis ini program wisata edukasi dapat terus berkembang dan memberikan manfaat optimal bagi siswa dan lingkungan sekolah." (Endang Winarningsih, S.Pd)
Evaluasi kinerja program Wisata Edukasi dilakukan secara berkala dan menyeluruh melalui mekanisme diskusi dan observasi lapangan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan efektivitas pengelolaan. Bu Tatik menjelaskan,
"Evaluasi kami lakukan minimal setiap bulan melalui rapat tim, di mana kami membahas capaian, kendala, dan solusi yang perlu diambil demi perbaikan. Monitoring langsung di lapangan memungkinkan kami memperoleh gambaran nyata pelaksanaan program dan respons siswa terhadap aktivitas pembelajaran. Kami mengakui bahwa meskipun sudah terjadi kemajuan, masih terdapat beberapa aspek seperti partisipasi siswa dalam perawatan fasilitas yang belum optimal dan membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, evaluasi menjadi landasan utama untuk merumuskan strategi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan. Saling tukar informasi antar tim dan keterlibatan semua pihak sekolah juga menjadi kunci agar program Wisata Edukasi dapat terus berkembang secara signifikan" (Bu Tatik Widowati).
Selain itu, Bu Tatik turut menuturkan,
"Dari hasil evaluasi yang ada, kami berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pembinaan dan pelatihan pada guru serta memperkuat komunikasi dengan orang tua agar dukungan terhadap program semakin kuat."
Evaluasi program dilakukan secara berkala untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan mengidentifikasi hambatan yang perlu diatasi. Bu Syamsiar Risalati menjelaskan,
"Evaluasi menjadi bagian krusial dari manajemen program, di mana kami melakukan review secara rutin setiap bulan dengan melibatkan seluruh tim dan stakeholder agar kendala yang muncul dapat teratasi dengan cepat. Penilaian kami tidak hanya berdasarkan data kuantitatif, tetapi juga observasi langsung di lapangan mengenai partisipasi dan kualitas pembelajaran yang berlangsung. Hasil evaluasi kami gunakan sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian strategi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat. Dengan evaluasi yang sistematis, kami dapat memastikan bahwa pembelajaran berbasis wisata edukasi tetap relevan dan memberi dampak positif bagi siswa. Namun, kami menyadari masih ada beberapa aspek yang perlu ditingkatkan, misalnya dalam pengelolaan limbah dan fasilitas pendukung, agar program ini benar-benar menjadi model pendidikan yang berkelanjutan." (Syamsiar Risalati)
Dalam pendalaman evaluasi, juga disampaikan,
"Kami mendorong keterbukaan dan partisipasi aktif dari seluruh stakeholders termasuk wali murid dan masyarakat sekitar agar evaluasi berjalan lebih objektif dan komprehensif. Laporan hasil evaluasi rutin kami dokumentasikan untuk menjadi bahan kajian dan referensi dalam perencanaan program berikutnya. Peningkatan sarana dan prasarana pun menjadi prioritas berdasarkan hasil evaluasi untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan aman. Kami percaya evaluasi yang menyeluruh akan menunjang keberhasilan program serta menjaga kelangsungan dan kemajuan Wisata Edukasi di sekolah kami. Oleh karenanya, evaluasi tidak hanya menjadi formalitas tetapi sebuah proses pembelajaran dan pembaharuan yang berkelanjutan." (Syamsiar Risalati)
Tim kesiswaan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan program. Dalam hal ini, Prima Yoga Ananta menjelaskan,
"Evaluasi kami fokuskan pada aspek proses dan hasil dengan melibatkan tim pengelola dan siswa peserta program untuk memperoleh data yang valid dan komprehensif. Setiap bulan kami mengadakan rapat evaluasi untuk membahas capaian, kendala, dan strategi perbaikan sehingga program dapat disesuaikan dengan kebutuhan aktual di lapangan. Selain evaluasi internal, kami juga membuka ruang bagi masukan dari guru dan orang tua untuk memperkaya perspektif dan memperkuat akuntabilitas program. Dengan pendekatan transparan dan inklusif, kami optimis bahwa evaluasi yang kami lakukan dapat mendorong perbaikan berkelanjutan di semua aspek pelaksanaan Wisata Edukasi." (Prima Yoga Ananta, S.Pd)
Kutipan kedua menyebutkan,
"Lebih lanjut, hasil evaluasi menunjukkan sebagian besar kegiatan dapat berjalan dengan baik, namun kami menemukan bahwa partisipasi siswa dan pengelolaan fasilitas masih perlu ditingkatkan. Kami kemudian menindaklanjuti hasil evaluasi dengan mengintensifkan sosialisasi dan pelatihan, serta monitoring ketat agar tujuan program lebih optimal tercapai. Evaluasi ini juga menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam menetapkan prioritas perbaikan dan inovasi program ke depan. Dengan demikian, evaluasi bukan hanya sebagai alat pengukur, tapi juga sebagai mekanisme pembelajaran dan pengembangan program yang berkesinambungan." (Prima Yoga Ananta, S.Pd)
Evaluasi dilakukan secara rutin untuk mengukur pencapaian tujuan, identifikasi kendala, dan perbaikan strategi program Sekolah Wisata Edukasi.
"Kegiatan evaluasi dilakukan secara berkala, baik melalui pengamatan langsung oleh guru maupun dialog dengan siswa dan orang tua. Hasil evaluasi ini penting untuk mengetahui bagian mana yang sudah efektif dan mana yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Kami juga memberikan ruang bagi siswa untuk menyampaikan pengalaman dan kendala yang mereka hadapi selama mengikuti program. Dari evaluasi tersebut, sekolah dapat menyesuaikan metode pembelajaran dan penggunaan sarana agar lebih optimal. Evaluasi yang berkelanjutan membantu mempertahankan kualitas dan keberlanjutan program wisata edukasi," ucap Bu Ratna.
"Kami melihat evaluasi sebagai momentum penting untuk memperbaiki kekurangan sekaligus meningkatkan motivasi siswa dalam menjaga dan mengembangkan program ini. Orang tua juga turut dilibatkan dalam evaluasi sehingga mendapat gambaran jelas tentang perkembangan anak dan program edukasi di sekolah. Feedback yang kami terima kerap menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan berikutnya. Dengan evaluasi yang serius dan terpadu, harapannya program ini terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi karakter anak-anak. Evaluasi tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga proses pembelajaran yang berlangsung," jelas Bu Dian.
Evaluasi program sangat penting sebagai bahan pengukuran keberhasilan dan acuan perbaikan berkelanjutan. Sabtya menjelaskan cara mereka melakukan refleksi kegiatan :
"Setiap akhir bulan kami selalu melakukan evaluasi bersama guru pendamping untuk mengevaluasi apa yang sudah berjalan dan kendala yang kami hadapi selama pelaksanaan. Kami membahas hasil panen, tingkat keaktifan siswa, dan kondisi fasilitas sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan ke depan. Proses evaluasi ini juga membuka kesempatan bagi kami siswa untuk memberikan pendapat dan ide bagaimana agar kegiatan lebih optimal dan menyenangkan. Dengan evaluasi yang rutin, kami jadi tahu apa yang harus diperbaiki dan apa yang sudah bagus untuk dipertahankan. Ini menjadi motivasi untuk terus berkontribusi lebih baik dan memperbaiki kekurangan yang ada." (Sabtya, siswa aktif)
Raya menyampaikan peran evaluasi dalam meningkatkan kualitas program :
"Evaluasi yang dilakukan tidak hanya dari guru, tetapi juga dari kami siswa yang ikut serta memberikan umpan balik mengenai bagaimana kegiatan dirasakan. Hal ini membuat program terasa hidup dan adaptif terhadap kebutuhan kami sehari-hari. Kami mendiskusikan juga masalah internal seperti pembagian tugas dan kendala teknis agar kedepannya lebih efisien. Dengan pendekatan evaluasi yang komprehensif, program Wisata Edukasi makin terarah dan mampu menjawab kebutuhan pembelajaran sekaligus pengembangan karakter. Ini menjadikan kami merasa dihargai sebagai bagian dari pengelolaan, tidak hanya peserta pasif." (Raya, peserta didik)
Evaluasi dilakukan secara berkala dan menyeluruh untuk mengukur efektivitas pelaksanaan program serta sebagai dasar pengambilan keputusan untuk perbaikan.
Figure 9. Rapat Evaluasi Pengembangan Wisata Edukasi
Keputusan dan strategi pengembangan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya berlandaskan manajemen strategis yang mencakup tiga tahap utama: perencanaan matang dengan integrasi lintas bidang studi dan karakter; implementasi partisipatif dengan pendampingan intensif guru dan keterlibatan aktif siswa; serta evaluasi berkelanjutan sebagai dasar perbaikan program. Kepala Sekolah Endang Winarningsih, S.Pd. menjelaskan bahwa sekolah melakukan sosialisasi, pembinaan, dan monitoring rutin untuk mengatasi tantangan seperti partisipasi siswa dan pemeliharaan fasilitas. Sinergi antar stakeholder dari perencanaan hingga evaluasi menjadi fondasi utama menjaga kualitas dan keberlanjutan program, yang diharapkan menumbuhkan karakter peduli lingkungan sekaligus pengalaman belajar bermakna bagi siswa.
Wawancara dari Tim Pengembang dan tim kesiswaan SMP Taruna Jaya 1 menguatkan bahwa pengelolaan program dilakukan sistematis dengan strategi perencanaan melibatkan berbagai pihak untuk menciptakan pembelajaran kontekstual yang menyenangkan. Evaluasi rutin dilakukan secara komprehensif untuk memastikan capaian program dan memperbaiki kendala terutama dalam peningkatan keterlibatan siswa serta pemeliharaan fasilitas yang menjadi tantangan utama.
Dari perspektif wali murid Bu Ratna dan Bu Dian, keberhasilan program Wisata Edukasi ini sangat tergantung pada sinergi antara sekolah dan orang tua sebagai mitra strategis. Keduanya menekankan pentingnya konsistensi perawatan fasilitas dan komunikasi intensif agar program bukan hanya bersifat sesaat, tapi berkelanjutan dengan dampak positif untuk pengembangan karakter dan pendidikan anak.
4. Diskusi
Pengelolaan dan pengembangan Sekolah Wisata Edupark di SMP Negeri 61 Surabaya serta Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 Surabaya menunjukkan penerapan manajemen strategis yang komprehensif meliputi perencanaan, implementasi, evaluasi, dan penyesuaian berkelanjutan. Kedua sekolah menjalankan perencanaan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti guru, siswa, wali murid, dan komunitas lokal, yang menjadikan visi sekolah sebagai landasan kuat dalam mengembangkan program berbasis pengalaman dan pembelajaran kontekstual. Implementasi dilakukan secara partisipatif dengan pembagian tugas yang jelas serta pengawasan ketat dari tim pengelola dan guru pendamping agar program berjalan optimal dan sesuai tujuan pendidikan karakter serta pelestarian lingkungan.
Tantangan utama yang dihadapi di kedua sekolah terkait dengan keterbatasan sumber daya, khususnya tenaga pengelola dan dana, resistensi awal terhadap perubahan budaya pembelajaran, serta kebutuhan menyeimbangkan kegiatan wisata edukasi dengan kurikulum formal. Namun, melalui pelatihan rutin, pembinaan kapabilitas, dan penguatan kemitraan eksternal dengan pemerintah, perguruan tinggi, dan komunitas, sekolah mampu mengatasi hambatan tersebut secara adaptif. Evaluasi kinerja dilakukan secara berkala dan partisipatif dengan fokus pada efektivitas kegiatan, pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemeliharaan fasilitas. Umpan balik dari siswa dan pemangku kepentingan lain menjadi dasar penyesuaian program agar tetap relevan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
Strategi penyesuaian yang dijalankan meliputi komunikasi terbuka, pengelolaan waktu yang fleksibel, pengawasan intensif, dan inovasi dalam metode pembelajaran serta penggunaan teknologi informasi untuk monitoring dan dokumentasi. Pengelolaan program juga menitikberatkan pada peningkatan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan dan pelibatan wali murid serta stakeholder secara luas dalam pemeliharaan fasilitas. Keberlanjutan program menjadi fokus utama dengan upaya membangun budaya peduli lingkungan dan tanggung jawab sosial sejak dini, didukung oleh evaluasi berkelanjutan dan inovasi pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan zaman. Kedua sekolah berhasil menciptakan lingkungan belajar yang hidup, menyenangkan, dan bermakna sehingga berdampak positif pada penguatan karakter, keterampilan kewirausahaan, dan kesadaran lingkungan siswa, sekaligus mendapat dukungan luas dari masyarakat serta pemangku kepentingan.
Keberlanjutan program Wisata Edukasi di kedua sekolah didasarkan pada manajemen strategis yang meliputi sinergi antar pemangku kepentingan, evaluasi berkala, dan inovasi pembelajaran. Di SMP 61 Surabaya, keberlanjutan dijaga dengan pelibatan aktif siswa dalam pemeliharaan fasilitas Wisata Edupark, sehingga menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab sejak dini. Monitoring dan evaluasi rutin oleh guru dan pengelola membantu menjaga kualitas program dan melakukan penyesuaian bila dibutuhkan. Dukungan dari wali murid dan komunitas sekolah menjadi penopang utama agar program dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Di sisi lain, SMP Taruna Jaya 1 menekankan pentingnya penguatan kapasitas pengelola dan kemitraan eksternal guna menambah sumber daya dan memperpanjang usia program wisata edukasinya. Sekolah secara aktif melakukan pembinaan budaya peduli lingkungan dan tanggung jawab secara kolektif kepada seluruh civitas.
Perbedaan antara kedua sekolah terletak pada pendekatan keberlanjutan. SMP 61 lebih menekankan pada pelibatan komunitas internal dan pengelolaan sumber daya alam yang ada secara langsung oleh siswa dan tenaga pengajar sebagai cara memperkuat kesinambungan program. Sementara SMP Taruna Jaya 1 lebih mengedepankan sinergi dan kemitraan eksternal sebagai strategi penunjang, termasuk pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam metode pembelajaran untuk menjaga relevansi dan daya tarik program.
Kedua sekolah mengatasi tantangan keberlanjutan melalui kerja sama lintas sektor, komunikasi terbuka, dan pembinaan partisipatif yang berkelanjutan. Evaluasi sebagai bagian dari siklus manajemen secara konsisten digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program sesuai dinamika kebutuhan pendidikan dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa keberlanjutan program Wisata Edukasi tidak hanya mengandalkan sumber daya internal sekolah, tapi juga memerlukan dukungan luas dari berbagai pihak di luar sekolah.
Dengan pendekatan manajemen strategis yang adaptif dan inklusif, keberlanjutan program Wisata Edukasi di SMP 61 dan SMP Taruna Jaya 1 di Surabaya dapat menjadi model pendidikan yang mampu memberikan kontribusi nyata untuk pendidikan karakter, pengembangan keterampilan hidup, dan kesadaran ekologis siswa secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Keberlanjutan program Wisata Edukasi di kedua sekolah didasarkan pada implementasi Manajemen Strategis yang meliputi sinergi antar pemangku kepentingan, evaluasi berkala, dan inovasi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan kerangka kerja Fred R. David [16] yang menegaskan bahwa efektivitas strategi terletak pada kemampuan organisasi untuk secara adaptif memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi. Kedua program telah menunjukkan siklus ini, namun tantangan konsisten terkait keterbatasan pendanaan dan SDM menguatkan pandangan Mintzberg [17] yang melihat strategi sebagai pola yang muncul (emergent), di mana program harus terus disesuaikan dan diinovasi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya. Upaya adaptif ini juga didukung oleh Kepemimpinan Transformasional [18] yang ditunjukkan oleh pimpinan sekolah, melalui pembinaan dan penyesuaian program demi menjaga visi bersama dan mendorong inovasi. Tantangan manajerial dalam pengelolaan program sangat erat kaitannya dengan teori Manajemen Partisipatif oleh Peter Senge [19], yang menekankan pentingnya sense of belonging dan integrasi sistemik. Di satu sisi, pelibatan aktif siswa dalam pemeliharaan fasilitas menumbuhkan rasa memiliki, tetapi kelemahan muncul karena program tersebut bersifat sukarela, membuktikan bahwa sense of belonging tidak cukup kuat tanpa adanya institusionalisasi program.
Simpulan
Manajemen strategis pengembangan Sekolah Wisata Edupark di SMP Negeri 61 Surabaya dan Sekolah Wisata Edukasi di SMP Taruna Jaya 1 menunjukkan keberhasilan yang didasari oleh visi dan misi yang jelas, khususnya dalam pelestarian lingkungan, pembentukan karakter, serta pengembangan keterampilan kewirausahaan siswa. SMP Negeri 61 menekankan integrasi kurikulum berbasis lingkungan dan partisipasi komunitas internal, sementara SMP Taruna Jaya 1 fokus pada pembelajaran pengalaman dengan dukungan mitra eksternal. Keduanya mengatasi keterbatasan sumber daya melalui pelatihan guru berkala dan kemitraan strategis. Implementasi dijalankan secara bertahap dan kolaboratif dengan pembagian tugas jelas serta monitoring rutin. Kegiatan edukasi dilakukan secara langsung dan melibatkan wali murid serta guru dalam pengawasan. Dampak program terlihat dari karakter siswa yang kreatif dan peduli lingkungan serta jiwa kewirausahaan yang tumbuh kuat. Masyarakat dan stakeholder memberi respons positif yang mendukung keberlanjutan program. Untuk mendukung pengembangan Sekolah Wisata, perlu diperkuat kemitraan strategis dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM, dan industri lokal agar sumber daya, inovasi, dan teknologi dapat maksimal dimanfaatkan. Pengembangan pelatihan berkelanjutan untuk guru dan siswa sangat penting agar pengelolaan program dapat mandiri dan profesional. Pemanfaatan teknologi informasi untuk dokumentasi, monitoring, dan evaluasi real time harus dioptimalkan guna meningkatkan transparansi dan efisiensi. Partisipasi aktif wali murid, komunitas lokal, dan pemangku kepentingan lain perlu diperluas agar dukungan sosial dan sumber daya semakin kuat. Evaluasi rutin dan penyesuaian program harus dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan peserta didik dan dinamika sosial-ekonomi. Langkah ini penting agar program tetap relevan dan kompetitif dalam pendidikan serta pariwisata edukasi. Keseluruhan upaya ini akan memperkuat keberlanjutan sosial budaya Sekolah Wisata.